Trik dan Tips Memulai Membuat Media dengan Mengenal Pola ini
BelajarKumred. Sebagai Seorang guru menghadapi banyak tantangan untuk membekali siswa dengan pembelajaran yang bermakna. Misalnya, siswa sering kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi pada studinya atau tidak tertarik pada mata pelajaran tertentu.
Menurut Rizqy Rahmat Hani, Direktur Kampus Pemimpin Merdeka,
Media pembelajaran bisa menjadi solusi dari tantangan tersebut. Banyak lingkungan belajar yang tersedia untuk para guru, mis. B. Board game atau papan permainan, poster, video, program, alat peraga dan lagu.
“Pembelajaran lingkungan itu seperti jembatan.
“Media pembelajaran itu seperti jembatan. Tujuannya apa? Kompetensi murid. Jadi media pembelajaran itu jembatan dari kompetensi murid di awal sampai ke kompetensi yang mau dituju,”
kata Rizqy dalam webinar secara daring, Senin (17/4).
Sayangnya, guru masih sering terjebak dalam kesalahpahaman saat membuat media pendidikan.
Misalnya, pengalihan soal-soal praktik ke Learning Management System (LMS) atau aplikasi tertentu. Akibatnya, siswa masih belum memahami konsep materi yang disajikan.
Ia mengaku pernah melakukan hal yang sama. Terlambat delapan tahun, ia menciptakan media pembelajaran yang menurutnya bagus, yaitu video belajar rap Gurindam. “Di video saya rap, jelaskan arti gurindam, lalu beri contoh. Saya memilih rap karena saat itu sedang viral. Banyak pekerjaan dari lirik, melodi hingga pembuatan video. Pada saat itu saya pikir itu sangat keren. Tapi ternyata tidak berpengaruh ke murid-murid saya," kata Rizqy.
Video rap yang diunggah ke YouTube itu dipuji penonton. Sayangnya, siswa yang menjadi target group tidak memberikan respon seperti yang diharapkan.
“Saat membuat media pembelajaran, saya tidak harus memperhatikan apa yang saya suka atau apa yang sedang viral saat ini. Tapi apa yang disukai anak-anak. Kita harus melibatkan siswa karena kita membuat media pembelajaran untuk siswa,” terangnya. Diakui Rizqy, video edukasi hanya memberikan pembelajaran kepada siswa dan membuat siswa memahami konsep.
Lingkungan belajar saya saat itu hanya terfokus pada hafalan. Tidak ada aktivitas bagi siswa untuk memahami konsep,” tambahnya. Trik dan Tips Memulai Membuat Media dengan Mengenal Pola ini
Media Pembelajaran Harus Melibatkan Murid
1. Pahami Kesulitan Siswa atau pergumulan siswa
Agar media pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa, terlebih dahulu guru harus mengetahui bagian mana yang menjadi pergumulan siswa atau kesulitan siswa.
Pasalnya, tidak semua materi membutuhkan media pembelajaran. Media pembelajaran hanyalah alat untuk membantu siswa memahami. “Kemudian perhatikan
Ada siswa yang dapat menerima kegiatan belajarnya secara lancar dan tepat tanpa mengalami kesulitan.
Di sisi lain tidak sedikit pula yang dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.
Kesulitan siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Kesulitan belajar dapat pula disebabkan oleh faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Yang semua itu pada akhirnya dapat mengakibatkan prestasi belajar berada di bawah rata-rata.
Hal tersebut ditandaskan pemerhati pendidikan, Mulyati Hanum SPd, sebagaimana ditulis Riaupos.
Kesulitan belajar ada yang disebut Learning Disorder, Learning Disfunction, Under Achiever, Slow Learner dan Learning Disability. Mari kita simak bersama.
2. Pahami Profil belajar siswa
Agar media pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa,
profil para siswa. Misalnya, siswa senang bermain Mobile Legends, menonton film dengan genre tertentu, dan tinggal di lingkungan perkotaan. Berdasarkan analisis ini, guru dapat merencanakan media yang tepat,” ujarnya.
Dalam Kutipan Lain
Jika semua profil belajar anak diketahui dan bisa dipenuhi, proses
belajar berjalan lancar, anak mendapatkan pengalaman berhasil, menjadi
termotivasi utk belajar lagi dan yang penting bisa memperkaya pengalaman
guru lewat proses belajar yang unik. Interaksi belajar yang baik adalah
jika terjadi saling belajar antara guru dan murid. Belajar tidak hanya
untuk murid dan mengajar tidak hanya untuk guru.
Bagaimana orangtua mendukung, tentunya dengan bersama-sama guru dan
sekolah melihat anak sebagai individu yg unik, yang memiliki cara dan
percepatan sendiri untuk berhasil. Ortu dan guru harus
bekerjasama. Pasti ada detil profil belajar yang dilihat guru yang bisa
diinformasikan ke ortu dan ada kebiasaan anak yang bisa diinformasikan
ortu ke guru.
Selanjutnya, sekolah dan rumah bisa menyepakati gaya mengajar paling
tepat yg diterapkan pada anak. Konsistensi ini membantu proses
belajar. Selebihnya, lihat anak sbg individu yg unik tdk hanya dlm
proses belajar tapi juga dalam pencapaian hasil. Tiap anak punya
percepatan sendiri dalam belajar, tergantung profil belajar & titik
awal belajarnya. Jadi jangan bandingkan dengan anak lain. (Tari
Sandjojo)